"Surga ada di telapak kaki ibu" merupakan sebuah ungkapan yang sangat familiar dengan siapa saja. Ungkapan ini mengindikasikan begitu pentingnya peran seorang ibu (perempuan) dalam kehidupan. Hal ini mungkin masih dipandang sepeleh bukan saja oleh kaum adam, tetapi juga oleh kaumnya sendiri. Sebuah makna yang telah melegitimasi pentingnya eksistensi kaum perempuan dalam berkarya.Sebuah pertanyaan penting yang patut kita renungkan bersama " Apakah anda merasa makna ini melekat dengan identitas anda saat ini ?
Tidak dapat dipungkuri perempuan masih berada dalam sebuah tirani subordinat dari laki-laki. Perempuan belum menikmati sepenuhnya makna hakiki dari ungkapan tersebut. Misalnya saja Apakah kuota 30 % di parlemen cukup untuk memaknai jati diri perempuan yang sangat berharga itu ? Perempuan masih dipandang sebelah mata oleh kaum adam bahkan oleh kaumnya sendiri.
Tidak jarang kekerasan terhadap perempuan bukan hanya dilakukan oleh "mereka" namun oleh "sesama" yang sama-sama memiliki hakekat sebagai seorang ibu.
Apa Arti perjuangan memerdekakan kaum perempuan yang telah dilakukan sejak tahun 1900-an kalau perempuan masih dipandang sebagai subsitution. Tanpa kita sadari, jumlah penduduk perempuan yang melebihi laki-laki merupakan sebuah kekuatan sumber daya. Kekuatan ini akan menjadi Core competence, jika proses pengasahan mind set dan tingkah laku dilakukan secara kesinambungan melalui aspek pendidikan. Satu hal yang perlu diacungi jempol, paradigma perempuan Indonesia telah mengalami pergeseran secara signifikan. Hal ini terbukti dari berbagai peran kaum perempuan sebagai pengambil kebijakan. Dengan demikian Perempuan jangan ladi dianalogkan dengan kasur, sumur, dapur. Inilah pemahaman yang salah tentang eksistensi seorang perempuan yang memiliki unique resource guna pembangunan bangsa. Wahai perempuan apa yang telah anda lakukan demi memerdekakan kaummu ? Dirgahayu Kaumku...